e-mail: hawepos_online@yahoo.com
 
Wawancara Utama  
Jalur Khusus Membuat Resah
PSSB Undip beleumtransparan
 
 
 
 
 
 
 
  Friday, 11-Jul-2003  
 

Jalur Khusus Membuat Resah Sebagian Calon Peserta SPMB

Beberapa hari yang lalu, sebuah isu mengejutkan, ketika Undip menyatakan membuka penerimaan mahasiswa baru melalui jalur khusus. Berbeda dengan calon mahasiswa pada umumnya, yang harus berjuang mati-matian, berkompetisi dengan calon mahasiswa baru lainnya. Akan tetapi jalur penerimaan mahasiswa baru yang satu ini terbilang cukup mudah. Tentu saja bagi mereka yang berkantong tebal. Calon mahasiswa tidak perlu pusing-pusing mengikuti tes penerimaan, toh sudah dijamin lolos. Asalkan mereka bersedia menyumbang –istilah halusnya—sejumlah nominal tertentu. Jumlah tersebut beragam. Mulai dari 25 hingga 100 juta rupiah sesuai dengan fakultas yang diminatinya.

Setelah diselidiki di lapangan, hal tersebut bukan sekedar isu ataupun gosip, melainkan kenyataan. Drs. Adi Nugroho, Msi, humas Undip membenarkan berita tersebut. Menurutnya langkah itu dilakukan undip karena keterbatasan subsidi dari pemerintah. Alokasi subsidi pendidikan yang sangat minim tak mampu lagi menutupi biaya operasional kampus. Lebih lanjut, dosen Fisip Undip ini menjelaskan bahwa kuota penerimaan mahasiswa baru jalur khusus sebesar 1,5 persen dari mahasiswa yang diterima melalui jalur SPMB. Atau sejumlah 48 dari 3304 mahasiswa yang diterima melalui jalur SPMB. Dan untuk jalur PSSB disediakan 25 persen atau 764 kursi.

Dengan kondisi PTN seperti saat ini, tentu saja membuat masyarakat cemas. Seakan-akan materi menentukan segalanya. Ada uang ada barang, istilah bisnisnya. Maka celakalah mereka yang koceknya tipis, siap-siap saja untuk tersingkirkan. PTN yang dulu terkenal murah, saat ini hukum itu tak berlaku lagi.

Hal dilema perasaan cemas adanya jalur khusus banyak dialami oleh para calon peserta SPMB tahun 2003. Hadi Sukmono, siswa lulusan SMU-IPA tahun 2003 dari sebuah SMU di Jawa Tengah yang namanya tidak begitu terkenal, menjadi mahasiswa Undip merupakan impiannya. Untuk membeli formulir SPMB saja ia harus merelakan uang 120 ribu rupiah melayang dari koceknya. Baginya, yang hanya anak seorang petani sejumlah uang tersebut cukup memberatkannya. “Sebenarnya, menurut saya lebih enak masuk Undip tanpa tes saja. Tetapi karena terlalu mahal, mencapai puluhan sampai ratusan juta rupiah, lebih baik saya ikut tes saja,”ungkapnya sembari terlihat matanya berkaca-kaca.

Senada dengan Hadi, Akhmad lulusan SMK 2003 pun menyatakan ketidaksepakatannya terhadap jalur ‘khusus’ ini. “Terus terang saya tidak setuju. Karena banyak anak yang pinter tapi nggak punya uang, nggak bisa masuk. Menurut saya, bagusnya harus lewat seperti ini (SPMB-red). Kalau anak pengusaha nggak usah antri, cukup bayar uang beres,”ucapnya lantang.
Krismanto lulusan SMU IPS 2003 pun tidak sepakat dengan jalur ‘khusus’ ini. “Saya tidak setuju. Akan terjadi kesenjangan sosial yang membedakan antara yang kaya dengan yang miskin,”tuturnya. Lebih jauh ia berharap agar sistem yang ada diperbaiki. Karena ia khawatir hanya yang kaya saja yang akan bisa duduk di bangku PTN.


Back Home

 
 
Komentar, kritik, saran, atau masukan dari anda tentang tulisan di atas dapat anda samapaikan dan tuliskan langsung di sini dan hasilnya juga langsung dapat anda lihat!

[ Tulis Komentar] [ Lihat Komentar]